Tidak
ada kesetaraan selama mereka masih menggantung
terhadap lelaki. Tidak ada kesetaraan selama mereka masih menikmati rasa
manja yang terus dipeliharanya. Tentang emansipasi wanita yang dewasa ini
sering digembar-gemborkan dan merupakan hal yang menarik untuk didiskusikan.
Seminar-seminar tentang kesetaraan gender bahkan gender adalah sebuah ilmu yang
sudah mutlak menjadi bahasan dalam perkuliahan. Namun nyatanya semuanya belum
terealisasikan dengan benar. Masih banyak wanita yang termajinalkan,
terdiskriminasi dan adanya pelecehan seksual. Seakan semuanya semu,
bahasan-bahasan yang sering dikemukakan hanya teori belaka.Teori saja itu tidak
cukup kalau tanpa praktek dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak kaum lelaki
yang selalu menganggap wanita itu lemah. Bukan kaum lelaki saja yang mengecap
wanita lemah tapi hampir seluruh penduduk pribumi menganggap bahwa wanita itu
lemah. Dan selalu menjadi manusia yang nomer dua. Faktor budaya sangat
berpengaruh terhadap kehidupan. Mulai dari yang mikro hingga makro. Yang
menjadi pertanyaan saya, mana wujud dari teori kesetaraan gender? Yang muncul
karena adanya S2MBK, ketidakadilan gender yang meliputi subordinasi, stereotif,
marjinalisasi, beban ganda, kekerasan. Kesetaraan itu saya rasa hanya omong
kosong. Dalam prakteknya wanita selalu dinomer duakan dan laki-laki selalu
menjadi nomer satu. Seakan semua itu merupakan hal yang wajib untuk ditaati.
Dalam hal ini masih ada pro dan kontra tentang hak dan kewajiban seorang wanita
maupun laki-laki. Bahkan masih banyak wanita yang belum mengerti makna
sebenarnya tentang kesetaraan gender. Mereka masih tabu akan hal ini. Mereka
menganggap bahwa kesetaraan gender adalah sebuah pembelokan dari norma sosial
dan budaya yang sudah tercipta. Mereka menganggap bahwa dirinya lemah dan tidak
berdaya tanpa kaum adam. Hal itu memanglah benar karena pada hakekatnya setiap
manusia saling membutuhkan lawan jenisnya tapi bukan berarti hal itu menjadi mindset bahwa wanita adalah nomer dua. Emansipasi
itu hanya omong kosong selama wanita tidak memepertahankan hak-haknya. Mereka
yang minder, manja dan hidup menggantung. Dari hal-hal itulah mereka
dinomerduakan karena dianggap lemah. Sebenarnya tidak pernah ada diskriminasi
selama emansipasi wanita benar ditegakkan. Selama wanita mau berusaha dan
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari bukan cuma ikut arak-arakan di hari
kartini tapi benar dipraktekkan secara nyata. Berani memberontak dan tidak
menggantung. Wanita harus punya prinsip, kekuatan dan kemandirian. Dari hal-hal
itulah budaya masyarakat akan terbentuk hingga terealisasikan semua teori-teori
tentang kesetaraan gender.
0 komentar:
Posting Komentar