Blogroll

Kamis, 06 Desember 2012

PERLU ADANYA REALISASI DALAM EMANSIPASI

Tidak ada kesetaraan selama mereka masih menggantung  terhadap lelaki. Tidak ada kesetaraan selama mereka masih menikmati rasa manja yang terus dipeliharanya. Tentang emansipasi wanita yang dewasa ini sering digembar-gemborkan dan merupakan hal yang menarik untuk didiskusikan. Seminar-seminar tentang kesetaraan gender bahkan gender adalah sebuah ilmu yang sudah mutlak menjadi bahasan dalam perkuliahan. Namun nyatanya semuanya belum terealisasikan dengan benar. Masih banyak wanita yang termajinalkan, terdiskriminasi dan adanya pelecehan seksual. Seakan semuanya semu, bahasan-bahasan yang sering dikemukakan hanya teori belaka.Teori saja itu tidak cukup kalau tanpa praktek dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak kaum lelaki yang selalu menganggap wanita itu lemah. Bukan kaum lelaki saja yang mengecap wanita lemah tapi hampir seluruh penduduk pribumi menganggap bahwa wanita itu lemah. Dan selalu menjadi manusia yang nomer dua. Faktor budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Mulai dari yang mikro hingga makro. Yang menjadi pertanyaan saya, mana wujud dari teori kesetaraan gender? Yang muncul karena adanya S2MBK, ketidakadilan gender yang meliputi subordinasi, stereotif, marjinalisasi, beban ganda, kekerasan. Kesetaraan itu saya rasa hanya omong kosong. Dalam prakteknya wanita selalu dinomer duakan dan laki-laki selalu menjadi nomer satu. Seakan semua itu merupakan hal yang wajib untuk ditaati. Dalam hal ini masih ada pro dan kontra tentang hak dan kewajiban seorang wanita maupun laki-laki. Bahkan masih banyak wanita yang belum mengerti makna sebenarnya tentang kesetaraan gender. Mereka masih tabu akan hal ini. Mereka menganggap bahwa kesetaraan gender adalah sebuah pembelokan dari norma sosial dan budaya yang sudah tercipta. Mereka menganggap bahwa dirinya lemah dan tidak berdaya tanpa kaum adam. Hal itu memanglah benar karena pada hakekatnya setiap manusia saling membutuhkan lawan jenisnya tapi bukan berarti hal itu menjadi mindset bahwa wanita adalah nomer dua. Emansipasi itu hanya omong kosong selama wanita tidak memepertahankan hak-haknya. Mereka yang minder, manja dan hidup menggantung. Dari hal-hal itulah mereka dinomerduakan karena dianggap lemah. Sebenarnya tidak pernah ada diskriminasi selama emansipasi wanita benar ditegakkan. Selama wanita mau berusaha dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari bukan cuma ikut arak-arakan di hari kartini tapi benar dipraktekkan secara nyata. Berani memberontak dan tidak menggantung. Wanita harus punya prinsip, kekuatan dan kemandirian. Dari hal-hal itulah budaya masyarakat akan terbentuk hingga terealisasikan semua teori-teori tentang kesetaraan gender.

0 komentar:

Posting Komentar