Blogroll

Sabtu, 22 September 2012

Pantai Derita


Ku ukir namamu disini, agar ia lenyap dalam lautan
            Hingga mentari redup aku tetap disini menikmati semilirnya angin dan deburan ombak yang kian menjurat jauh. Beginilah hari-hari yang terus aku jalani. Hidup tanpa cintanya membuat diriku merasa hampa.
            “Zahra” demikian wanita itu memanggilku, wanita setengah baya seumuran dengan Ibuku yang ada di seberang. Bahkan ia sudah aku anggap seperti Ibu kandungku sendiri. “Iya Bu, ada apa ibu memanggil Zahra?” Tanyaku setengah menunduk karena aku sangat menghormati wanita itu. “Ibu cuma pengen mengajakmu ke rumahnya bu Etik, hari ini kamu libur kan Zahra?”, kemudian aku pun mengangguk dan menjawab pertanyaan wanita itu, “iya Bu, kalau begitu Zahra ganti baju dulu”. Wanita itu memang baik, aku mengenalinya ketika aku berada di kota ini. Ketika aku menemukan dompet miliknya yang kemudian wanita itu berterimakasih denganku dan akhirnya wanita itu mengajakku untuk tinggal bersamanya. Di tempat itulah awal pertemuanku dengan dia, seorang cowok yang selisih umurnya 3 tahun lebih tua dariku. Ray, nama cowok yang saat itu telah menyemprotku dengan air hingga membuatku marah dan mengecap dia dengan sebutan “cowok stres”. Karena ia memang sengaja melakukannya dikiranya aku Renata sahabatnya yang dari Amrik yang pada hari itu ultah. Kemudian ia minta maaf tapi aku tak mempedulikannya bahkan aku tak akan memaafkannya.
            Hari telah berganti hingga januari kembali datang, waktu memang terlalu cepat bergulir. Tak terasa setahun sudah aku hidup di kota ini. Kota harapan mimpi-mimpiku yang telah hilang. Kekasih yang aku nantikan tak kunjung datang menjemputku. Padahal di kota ini tempat ia dilahirkan, sebenarnya cowok rese bernama Roy itu berulang kali menyatakan perasaan cintanya kepadaku. Emang bener kata pepatah jawa, tresno jalaran soko kulino tapi lain halnya denganku, aku hanya menganggap Roy sebagai kakakku sendiri karena aku sama sekali nggak punya perasaan apa-apa pada dia. Satu rasa, satu cinta dan satu hati hanya untuk dia seorang, Kent temen sekampus yang pernah menjadi kekasihku. Setahun aku menantinya di kota ini hingga ku korbankan kuliahku hanya untuk sebuah mimpi itu, mimpiku untuk memilikinya lagi dan mimpinya untukku. Kent seorang cowok yang dewasa meski selisih umur kita tidak terlalu jauh. Cowok yang ramah dan bertanggung jawab serta tidak banyak bicara. Tapi entah ada apa tiba-tiba ia berubah menjadi blagu dan sombong! Sikapnya yang tak lagi ramah dan ucapan-ucapan yang ia keluarkan juga kotor. Hingga akhirnya kita putus gara-gara perbedaan pendapat meski kami tidak beda aliran. Aliran dia sepihak dengan pemikiranku namun antara pilihanku dengan pilihannya saling bermusuhan hingga kita terbawa dalam permusuhan itu. Kami adalah korban dari perbedaan tapi tidak aku pungkiri bahwa diam-diam aku juga berpihak pada alirannya dari pada komunitasku sendiri. Tapi aku hanya berdiam diri karena aku pun sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah menghianati sesuatu yang telah aku pilih.
                                                            ***
            Di pantai ini aku kembali mengadu, menangisi atas luka-luka nestapa. Penantianku hanyalah sia-sia belaka, sampai kapan pun dia tak kan pernah mengerti bahwa aku mencintainya dengan tulus. Rasa ini masih sama seperti dulu, mengalir indah bersama mimpi-mimpiku. Dan hayalanku hidup bersamanya yang kemudian kita bisa membangun mahligai indah karena cinta. Tapi impian-impian itu telah hancur, dan kini hatiku telah layu laksana kilatan petir telah menyambar diriku. Hingga semua sirna dan tenggelap ketika senja datang. Kenyataan ini begitu pahit. Kent cowok yang telah lama aku nanti kini telah punyai kekasih baru. Berita itu aku dapatan dari temanku yang ada di seberang. Mungkin saatnya aku harus membuka pintu hatiku untuk yang lain dan membuka mataku lebar bahwa dia bukan lagi untukku. Rey, mungkin dialah pelipur lara. Semenjak itu aku mulai menerima kenyataan bahwa sebenarnya cinta itu tidak buta tapi memahami. Aku mulai mencintai Rey hampir 12 jam Rey selalu ada untukku. Hari-hariku kini seakan kembali ceria seperti dulu meski aku merasa lebih bahagia bersama Kent dari pada bersama Rey.  Meskipun demikian aku tetap bahagia dengan sikap Rey yang selalu mendahulukan diriku dari pada dirinya sendiri. Status kita hanya teman karena aku belum menjawab perasaan yang 8 bulan lalu ia ungkapkan padaku. Hingga beberapa bulan kemudian rasa ini mulai tumbuh dengan indah. Dia mampu meluluhlantahkan diriku dengan perhatiaanya dan sikapnya memanjakanku. Aku suka cara dia menyikapiku saat aku marah,aku suka cara dia menegurku kala aku salah. Tapi lagi-lagi aku gagal dan kecewa pada Rey. Tanpa aku ketahui selama ini Rey adalah kakak kandungnya Kent. Kent kembali datang dalam hidupku hingga aku merasakan kebimbangan. Mana yang harus aku pilih? Rey atau Kent? Rey adalah cowok yang hadir disaat aku membutuhkan hangatnya kasih sayang sementara Kent adalah cowok yang aku nanti hingga aku korbankan semuanya. Sejujurnya aku masih mencintai Kent tapi apa jadinya jika aku memilihnya? Rey adalah kakak kandung dari mantan pacarku Kent, Kent adalah teman sefakultasku. Apa jadinya jika aku memilih Rey? Dan apa jadinya jika aku menuruti egoku untuk memilih Kent?  Hingga akhirnya aku tuliskan surat untuk Rey sebelum aku pergi dari kota ini;
Tentang cinta yang kau ucap dan kehidupan akan menjadi kelabu jika aku memilihmu. Satu kata maaf cukup menjelaskan seluruh perasaan yang aku miliki. Aku mencoba berpegang teguh pada prinsip yang telah aku tulis dalam buku harianku.
            Aku akan pergi dari kehidupan  mereka. Aku juga akan pergi dari kota ini dan aku akan pergi dari kota kenanganku bersama Kent. Aku akan pergi jauh dari kehidupan mereka. Mereka terlalu berharga untukku hingga aku tak mampu menyakiti mereka. Aku sayang mereka dan inilah caraku menyayangi mereka. Sampai kapanpun aku tak akan pernah melupakanmu Kent. Cintaku selamanya hanya untukmu, dan perlu kau tau aku selalu datang ketika mentari mulai tenggelam. Ku ukir namamu di atas pantai ini yang kemudian namamu akan tersapu oleh deburan ombak. Itulah harapanku Kent, harapan bisa melupakanmu dan menghapus segala tentangmu dari hatiku.
                                                            SELESAI
By: Fioni Auriga


           
           
           









0 komentar:

Posting Komentar