Jangan biarkan nafsumu
menyibukkan jiwamu.........
Kata-kata
itulah yang bisa membangkitkan semangatku! Kata-kata yang ku terima ketika aku
masih berada dalam penjara suci. Aku selalu merasa jenuh dengan
kehidupanku. Entah apa yang sebenarnya aku inginkan dari kehidupanku ini.
Berulang kali aku selalu terobsesi dengan kebebasan, bahwa aku ingin bebas,bak
anak panah meluncur lepas. Bahkan selama
ini aku selalu menuruti kehendak hatiku karena bagiku hati adalah raja
sementara jiwa hanyalah hamba.Aku termasuk kategori manusia yang mempunyai
cita-cita tinggi. Ketika aku berusia 7 tahun aku ingin menjadi Astrounut
kemudian berganti ingin menjadi seorang Dokter karena waktu itu Andy sedang
sakit parah hingga akhirnya ia meninggal. Semenjak ia meninggal aku selalu
merasa sepi meskipun itu di tengah-tengah keramaian dunia. Bahkan sampai saat
inipun aku masih mengenangnya, aku tak kan pernah bisa melupakan dia. Dia
satu-satunya sahabat kecilku yang juga menjadi cinta pertamaku. Ya, first love ...”cinta pertama itu akan
abadi” demikian kata orang yang selalu aku dengar. Teman-temanku selalu mengira
bahwa aku tidak normal, karena hanya aku diantara mereka yang belum pernah
jatuh cinta. Selama ini aku tidak pernah peduli dengan seseorang yang mencoba
hadir dalam hidupku. Karena kekasih hatiku hanya Andy, hanya dia pemilik
hatiku. Selama aku hidup aku hanya menikmatinya dengan merenung memikirkan
Andy, melukis wajahnya dalam sanubariku dan selalu berharap aku akan menemukan
dia di dunia ini. Aku yakin suatu saat aku pasti akan menemukan Andy disini.
Dia juga pernah berjanji padaku, bahwa dia akan kembali jika aku berhasil membangunkan
sebuah istana. Entah istana apa yang ia maksud, mungkin istana presiden,
pikirku. Karena cintaku berjalan di atas arus yang benar...cintaku terlahir
dari ketulusan. Cintaku telah menggerakkan seluruh potensi yang aku miliki
untuk menjadi sebuah karya, mendorong semangatku untuk selalu melakukan yang
terbaik. Karena aku hanya ingin bertemu dengan belahan jiwaku.
Dalam remang-remang cahaya aku
menemukan dia, dia menyambutku dengan ramah. Tak sekasar Ruki Maro ketika
menarik-narik tanganku dan menyuruhku sesuka hatinya. Andy memang beda dari
yang lain. Wajahnya yang tampan dan perangainya yang luhur membuat hatiku
semakin terpesona olehnya. “Dinda... maukah kau ikut denganku?”.
Aku hanya membalasnya
dengan senyuman pertanda bersedia ikut dengannya. Saat itu seakan jiwaku
melayang dibawanya, aku mulai merasa asing dan tak mengenali dunia. “Siapa
itu?” tanyaku ketika melihat seorang laki-laki yang terus menerus disiksa
hingga badannya berlumuran darah tapi tak seorangpun disekitarnya yang mau
menolongnya. Kemudian ia menjawab “ itu Pak Hendro yang dulunya DPR pusat, yang
selalu korupsi memakan uang rakyat”. Aku masih belum jelas dengan apa yang
dimaksud Andy, kemudian aku balik bertanya lagi pada dia “ lantas, mengapa ia
di tempat ini? Dan mengapa orang yang berjubah hitam tadi terus menyiksanya?
Aku ingin sekali menolongnya membebaskan ia dari siksaan yang menimpanya tadi”.
“Tapi kau tak kan
bisa...” jawabnya di selingi dengan senyuman yang kecut Kemudian pandanganku
tertuju pada segerombolan gadis-gadis yang telanjang bulat, mereka menangis dan
terkadang menjerit-jerit hingga aku tak sanggup mendengar jeritannya, lantas
aku bertanya lagi “ negeri apa ini? mengapa di negri ini hanya ada penderitaan
dan kesengsaraan? tidak ada undang-undangkah? yang mengatur segala hukum di
negeri ini? hingga penduduknya hidup sejahtera?”. Kemudian ia menatapku sembari
berkata “ aku akan menunjukkan negeri kedamaian yang segala penduduknya hidup
bahagia” . Aku hanya mengikutinya dengan pasrah karena aku tidak tau negri ini
negri mana, yang aku tau hanya ini bukan negriku Indonesia. “Itu..semua orang
hidup rukun dan sejahtera” tunjuknya yang di ikuti dengan pandangan mataku.
“Negri mana lagi ini?” tanyaku kemudian. Aku hanya melihat kebahagiaan di negri
itu, manusianya kaya-kaya nan rupawan.’ Mungkin negri Mesir yang kata orang
wanitanya titisan Cleopatra atau mungkin orang
Latina? Yang katanya keturunan Monalisa...”pikirku. Kemudian ia meraih
tanganku aku pun nampak gugup akibat nervous karena baru pertama kali
aku disentuh cowok. “Maukah kau berjanji padaku?” kata Andy dengan tatapannya
yang serasa menembus jantungku. “Apa?” tanyaku malu.
“Aku hanya ingin kau
tetap Adinda yang aku kenal, yang polos nan lugu...dan selalu berpegang teguh
kepada keduanya, Al-quran dan Al-hadits agar kau dapat membangun
istana di tempat penduduk yang semuanya hidup bahagia”.
“Iya aku janji...tapi
kau jangan pernah ninggalin aku lagi, hidupku akan terasa ampang jika kau tak
menyertaiku” kataku sambil memegang tangannya erat-erat, karena aku merasa ia
akan pergi lagi untuk yang kedua kalinya. Tapi perlahan ia mulai melepaskan
tanganku, ku perhatikan matanya yang sayu melambangkan sebuah kesedihan, ia
mulai menjauh tapi aku berusaha mengejarnya,,, ia menjauh dan menjauh hingga ia
hilang dari pandanganku dan aku gagal menemukannya. “Andy...Andy.....” teriakku
hingga membuat kerongkonganku kering. Seketika itu aku menangis sesunggukan
karena telah kehilangan orang yang aku cinta untuk yang kedua kalinya. “ Bangun
sayang, saatnya sholat isya’ tadi Dinda sudah nggak magrib lho” terdengar
bisikan mama tepat di kupingku, kemudian aku bangun dan bertanya pada mama, “
di mana Andy ma?”.” Andy siapa Din? Andyka sudah meninggal beberapa tahun
silam” kata mama. “ Ya Allah, ternyata aku hanya mimpi.....dia menunjukkan
sesuatu itu lewat mimpi. Aku akan menepati janjiku Di.... aku ingin membangun
Istana yang kelak akan hidup bahagia denganmu” pikirku.
“ Ayo di kita sholat
jamaah, papa sudah menunggu dari tadi” perintah mama memudarkan lamunanku.
“ Ok ma,
siaaaaaaap!!!”
Kini cinta telah memotivasi
diriku untuk menjadi orang yang beruntung, orang yang lebih baik dari pada
waktu kemarin. Karena hal di dunia ini yang paling berharga adalah waktu. Waktu
tak kan bisa diputar kembali, hari kemarin adalah kenangan, sekarang kenyataan
dan hari esok adalah harapan. Harapanku untuk hari esok hanyalah membangun mahligai
abadi dengan cara Fastabiqul khoirot........
Selesai
By:
Fioni Auriga
0 komentar:
Posting Komentar